Bacaan I’tidal Yang Benar – DOA i’tidal merupakan doa yang memisahkan rukun salat rukuk dan sujud. Hal ini merupakan salah satu rukun salat.
Berdasarkan kitab Kâsyifatus Sajâ karangan Syekh Nawawi Banten, i’tidal adalah kembalinya orang pada posisi sebelum melakukan rukuk, baik dalam kondisi berdiri (bagi yang salatnya dengan berdiri) atau duduk (bagi yang salat dengan posisi duduk).
Menurut jumhur ulama, apabila seseorang menunaikan ibadah salat tanpa i’tidal, dianggap tidak sah atau batal. Pada saat melakukan gerakan i’tidal dalam salat, terdapat beberapa doa sesuai sunah yang harus dibaca.
Bacaan I’tidal Yang Benar
Bacaan doa i’tidal sesuai sunah
Mengutip dari buku Seri Fiqih Kehidupan 3 Shalat karya Ahmad Sarwat, bacaan doa i’tidal dibaca setelah selesai rukuk kemudian berdiri sambil mengangkat kedua tangan. Berikut bacaannya.
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Latin: Sami ‘Allahu liman hamidah.
Artinya: “Allah mendengar orang-orang yang memuji-Nya.”
Setelah itu, kamu dapat melanjutkan membaca doa sebagai berikut.
1. Bacaan pendek.
Pada saat i’tidal, kamu dapat membaca tahmid sebagai doa i’tidal.
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Latin: Rabbana wa laka al-hamdu.
Artinya: Wahai Tuhan kami, bagi-Mu lah segala pujian.
Bacaan tahmid ini didasarkan pada hadis berikut.
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW mengucapkan, “Sami’allahu liman hamidah (Allah Maha Mendengar terhadap orang yang memuji-Nya),” ketika mengangkat punggungnya dari rukuk. Kemudian ketika berdiri beliau membaca:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Latin: Rabbana walakalhamdu.
Artinya: Wahai Tuhan kami, bagi-Mu lah segala pujian.” (HR Ahmad, Bukhari, dan Muslim).
2. Bacaan panjang.
Pada riwayat lain, terdapat bacaan doa i’tidal yang lebih lengkap.
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Latin: Rabbana lakal hamdu mil ‘us samaawaati wa mil ul ardhi wa mil’u maa syi’ta min syai’in ba’du.
Artinya: Ya Allah Ya Tuhan kami, bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki sesudah itu.
Bacaan panjang tersebut juga merupakan sunah sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut.
Dari Ubaid bin al-Hasan dari Abu Aufa, ia berkata bahwa Rasulullah SAW ketika mengangkat kepalanya dari rukuk mengucapkan, “Sami’allahu liman hamidah.”
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Ya Allah ya Tuhan kami, bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki sesudah itu (Musnad al-Mustakhraj ‘ala shahih Muslim).
Gerakan i’tidal dalam salat
Dijelaskan dalam buku Fiqih Shalat terlengkap karya Abu Abbas Zain Musthofa al-Basuruwani, para ulama memiliki perbedaan pendapat dalam hal posisi tangan saat gerakan i’tidal. Ada dua macam pendapat.
1. Tangan lurus tidak bersedekap.
Menurut mazhab Syafi’i, saat gerakan i’tidal, posisi kedua tangan disunnahkan untuk dilepas (irsal) dan tidak diletakkan di bawah dada seperti saat berdiri membaca surat Al-Fatihah.
Selain itu, Syekh Abdullah al-Bassam di dalam kitab Taudhihu al-Ahkam syarah kitab Bulugh al-Maram, beliau berkata, “Mayoritas ulama, yakni keempat imam mazhab dan para pengikut mereka, berpendapat disunahkannya melepas kedua tangan (irsal) pada dua samping badan (ketika i’tidal).
Sesungguhnya tidak disunahkan menggenggam kedua tangan serta meletakkannya pada dada atau di bawah pusar, karena hal ini hanya khusus berlaku saat berdiri sebelum ruku.
2. Bersedekap di atas dada.
Pendapat kedua dari ulama mengenai gerakan i’tidal yaitu posisi tangan bersedekap di atas dada. Terdapat pendapat dari ulama Syekh Abdul Aziz bin Baz yang berkata demikian.
“Sangat jelas bahwa yang disyariatkan bagi orang yang salat pada saat ia berdiri ialah meletakkan tangan kanannya di atas lengan tangan kirinya, baik hal itu ketika rukuk ataupun setelahnya (ketika i’tidal). Sebab menurut sepengetahuan kami, tidak terdapat satu pun riwayat dari Nabi Muhammad SAW yang membedakan antara keduanya (posisi tangan saat ruku’ dan i’tidal).”
Berikutnya terdapat Imam Nasa’i yang telah meriwayatkan hadis shahih yang bersumber dari Wa’il bin Hujr ra.
رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ قَائِمًا فِي الصَّلَاةِ قَبَضَ بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ
Artinya: Aku melihat Rasulullah SAW ketika berdiri dalam salat, beliau menggenggam tangan kiri beliau dengan tangan kanan beliau (HR Nasa’i). (Z-2)
Bacaan I’tidal Arab
Bacaan i’tidal dalam bahasa Arab yang umum dibaca setelah rukuk dalam salat adalah “Sami’allahu liman hamidah” (سمع الله لمن حمده) dan “Rabbana wa lakal hamdu” (ربنا ولك الحمد) atau “Rabbana lakal hamdu mil’as-samaawaati wa mil’al-ardhi wa mil’a maa syi’ta min syai’in ba’du” (ربَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ).
Penjelasan lebih detail:
- “Sami’allahu liman hamidah” (سمع الله لمن حمده):
Artinya, “Allah Maha Mendengar terhadap orang yang memuji-Nya.” Ini adalah bacaan yang diucapkan oleh imam saat berdiri setelah rukuk, dan diikuti oleh makmum dengan mengucapkan “Rabbana wa lakal hamdu”.
- “Rabbana wa lakal hamdu” (ربنا ولك الحمد):
Artinya, “Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala pujian.” Ini adalah bacaan yang diucapkan oleh makmum setelah imam mengucapkan “Sami’allahu liman hamidah”.
- “Rabbana lakal hamdu mil’as-samaawaati wa mil’al-ardhi wa mil’a maa syi’ta min syai’in ba’du” (ربَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ):
Artinya, “Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu.” Ini adalah bacaan lain yang juga sering dibaca setelah rukuk, dan merupakan bacaan yang lebih panjang dari “Rabbana wa lakal hamdu”.
Bacaan I’tidal Beserta Artinya
Doa Itidal 1
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
Rabbana lakal hamdu.
Artinya: “Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji.”
Doa itidal ini bersandar pada sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah RA,
“Apabila imam mengucapkan, ‘Sami’allaahu liman hamidah (Allah mendengar orang-orang yang yang memuji-Nya)’, maka katakanlah, ‘Rabbana lakal hamdu (Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji)’. Sebab barang siapa yang ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, ia akan diampuni dari segala dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Doa Itidal 2
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Rabbana lakal hamdu mil-ussamaawaati, wa mil-ul ardhi, wa mil-umaa syi’ta min syai-in ba’du.
Artinya: “Wahai Tuhan kami. Bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu.”
Doa itidal ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan Ibnu Abu Awfa RA. Ia mengatakan,
“Jika Rasulullah SAW bangkit dari ruku’, beliau membaca, ‘Sami’allaahu liman hamidah (Allah mendengar orang yang memuji-Nya). Rabbana lakal hamdu mil-ussamaawaati, wa mil-ul ardhi, wa mil-umaa syi’ta min syai-in ba’du (Wahai Tuhan kami. Bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu)’.” (HR Muslim)
Doa Itidal 3
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
Rabbana wa lakal hamdu hamdan katsiira thayyiban mubaarakan fiih.
Artinya: “Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji yang banyak, baik, dan mengandung berkah.”
Doa ini bersandar pada kisah yang diriwayatkan Rifa’ah bin Rafi’ Az-Zuraqiy RA. Ia berkata bahwa ia sering salat di belakang Rasulullah SAW. Ketika mengangkat kepala dari ruku’, Rasulullah SAW mengucapkan, “Sami’allaahu liman hamidah (Allah mendengar orang yang memuji-Nya).”
Lalu, seorang jemaah yang berada di belakang beliau mengucapkan, “Rabbana wa lakal hamdu hamdan katsiira thayyiban mubaarakan fiih (Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji yang banyak, baik, dan mengandung berkah).”
Usai salat, Rasulullah SAW bertanya, “Siapakah orang yang mengucapkan kalimat tadi?”
“Aku,” seorang jemaah mengakui.
Rasulullah SAW pun bersabda, “Aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat yang berebut mencatatnya.” (HR Malik, Bukhari, Abu Dawud, dan Nasa’i)
Doa itidal dibaca satu kali, berbeda dengan doa rukuk dan sujud yang menurut hadits ada yang dibaca tiga kali.
Demikianlah detail informasi mengenai bacaan I’tidal yang benar. Semoga dapat menambah pengetahuan kita semua, sekian terima kasih.